SELAMAT DATANG di CATATAN ORANG PINGGIRAN, Blog Khusus Untuk Tempat Men-share Berbagai Kisah & Harapan Orang Pinggiran

Temukan Disini

Sabtu, 19 September 2015

Surat Kecil Buat Pak JR Saragih

\"jr
Selamat Pagi, Pak JR yang terhormat!

Semoga Kesehatan & Kesuksesan selalu menyertai Bapak dan sekeluarga,
*Amin*

Pak JR, sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya bila kehadiran surat kecil ini mengusik ketenangan Bapak.
Surat ini hanyalah sebuah Surat Kecil yang berisi catatan singkat/curahan hati saya sebagai orang kecil yang tak tau \'apa-apa\'.
Maaf juga kalau surat ini saya kirim lewat media internet, bukan karena ingin mencari sensasi/popularitas, tapi mungkin lewat media ini Bapak bisa mendengar keluhan saya.

Sebenarnya saya lumayan \'takut\' menulis surat ini, karena dengan terbitnya surat ini, mungkin akan bertambah banyak orang yang akan membenci saya, terutaman orang-orang yang berada di bawah jajaran Bapak.
Bapak pasti sudah tau khan kalau orang benci sama kita, semua urusan akan menjadi sulit.
Tapi daripada memendam uneng-uneg didalam hati, lebih baik uneg-uneg itu saya tuangkan dalan bentuk surat seperti ini.

Ohya, Pak?
Masih ingatkah Bapak sekitar bulan Agustus 2014 yang lalu Bapak membuat sebuah Surat Himbauan tentang administrasi kependudukan?
Di surat itu Bapak menghimbau agar seluruh masyarakat Simalungun melengkapi administrasi kependudukan seperti:
1. KTP
2. KK
3. Akta Lahir Anak
4. Akta Nikah
Bapak menyebutkan Program ini Gratis.
Bapak juga menyebutkan UU tentang Administrasi Kependudukan ini(maaf Pak, saya kurang paham dengan UU, jadi saya lupa entah UU nomor/tahun berapa) dan juga sanksi bila melanggar UU ini.
Sebagai warga yang takut akan hukum, saya juga ikut melengkapi berkas-berkas kependudukan keluarga saya, dengan mengantarnya ke rumah Sekdes di nagori saya.
Saya mengurus:
1. Akte Lahir untuk 2 orang putri saya yang saat itu masih berumur 3 dan 1 tahun.
2. KK, karna sebelumnya di KK saya baru tercantum 1 orang anak.
3. Akta nikah (maaf pak, bukannya saya tidak resmi menikah, tapi saat itu hanya surat nikah dari gereja yang keluar, bgitulah kalau di kampung-kampung).

Tak lupa juga saya setor uang sebesar Rp.130.000,-, karna segitulah biayanya dipatok, walau Bapak mengatakan GRATIS. Kenyataan memang selalu begitu.
Bagi orang-orang beruang, uang Rp.130.000,- memang sangat kecil nilainya, tapi kalau bagi saya uang segitu jumlahnya lumayan besar.
Upah kerja saya sebagai buruh tani hanya Rp.40.000, perhari, itupun kalau ada kerjaan.
Kalau gak ada,....?
Seperti saat saya serahkan uang Rp.130.000,- itu, di kampung sedang musim kemarau yang berkepanjangan, jadi gak ada yang butuh pekerja ladang/sawah.
Jadi uang itu saya dapat dari hasil pinjam sana-pinjam sini.

Masih mending kalau berkas-berkas nya jadi/selesai, ini samapai setahun lebih gak selesai-selesai.
Ada apa sebenarnya dibalik semua ini, Pak...? Masac cuma ngerjain berkas segitu aja sampai setahun lebih lamanya?
Apa ini hanya sebagai akal-akalan untuk mencari uang dengan topeng \'GRATIS\'...?
Saya rasa tak mungkin, soalnya Pak JR khan sudah kaya, Pak JR sudah punya Hotel, punya Yayasan/sekolah, Punya Rumah Sakit, bahkan Pak JR juga sudah punya helikopter. Semoga dengan selesainya Bandara Raya nanti, Bapak juga memiliki jet pribadi.
Jadi, saya kira Bapak tidak mungkin mengambil uang masyarakat dengan cara seperti ini.

Ohya pak, saya dengar-dengar, bulan 12 ini Kabupaten Simalungun akan mengadakan Pilkada, dan Bapak juga ikut kembali meramaikan bursa calon bupati.
Yang saya takutkan, gimana nanti nasib uang saya yang Rp.130.000,- kalau misalkan Bapak kalah dalam pertarungan Pilkada?
Berkas saya gak mungkin selsai, atau uang saya gak mungkin kembali.
Jujur saja Pak, berkas saya baru cuma KK saja yang udah selesai, yang lain belum. Itupun karena saya susul terus.
Saya sangat berterimakasih banyak sama Bapak bila berkas-berkas saya itu selesi sebelum tahun 2015 berakhir.

Oh ya, Pak, sekian dulu surat kecil saya ini ya, soalnya saya harus kerja ke ladang orang nih, lumayan, biar bisa beli beras buat istri dan anak-anak.

semoga harapan saya juga masyarakat yang lain bisa terkabul.
Sekali lagi, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya bila ada kata-kata saya yang salah,
atau tulisan saya ini mengusik ketenangan Bapak.
Sedikitpun tak ada niat saya seperti itu.

Titip salam buat Ibu(istri Bapak) dan juga putri 8apak, serta keluarga yang lain...
Horas...

NB:
Bila bapak bersedia membalas Surat Kecil ini, silahkan kirim ke alamat
anakpinggiranmail@gmail.com.

Selasa, 29 Juli 2014

Orang Pinggiran

Orang pinggiran oeaeo
ada di trotoar oeaeo
ada di biskota oeaeo
ada di pabrik-pabrik oeaeo

Orang pingiran oeaeo
di terik mentari oeaeo
di jalan becek oeaeo
menyanyi dan menari oeaeo

Lagunya nyanyian hati
tarinya tarian jiwa
seperti tangis bayi di malam hari

Sepinya waktu kala sendiri
sambil berbaring meraih mimpi
menatap langit-langit tak peduli
sebab esok pagi kembali

Orang pinggiran oeaeo
di dalam lingkaran oeaeo
berputar-putar oeaeo
kembali ke pinggiran oeaeo

Lagunya nyanyian hati
tarinya tarian jiwa
seperti tangis bayi di malam hari

Sepinya waktu kala sendiri
sambil berbaring meraih mimpi
menatap langit-langit tak peduli
sebab esok pagi kembali

Orang pinggiran bukan pemalas
orang pinggiran pekerja keras
orang pinggiran tidak mengeluh
orang pinggiran terus melaju

Sabtu, 19 Juli 2014

Si Miskin dan Jasad Anaknya

Si Miskin dan Jasad Anaknya

Seandainya tidak ada hari Minggu, mungkin cerita Supriyono (38) tidak pernah menjadi Headline sebuah koran ibukota. Seandainya, biaya rumah sakit bisa gratis seperti yang dikatakan seorang SBY, cerita Supriyono dan anak bungsunya, Khairunnisa (3), tidak akan pernah terjadi.
Ah, seandainya biaya pemakaman dan harga kain kafan, semurah kita membeli kerupuk, tidak akan a
da Khairunnisa-Khairunnisa lainnya disini. Seandainya dan seandainya Supriyono tahu ini hanyalah mimpi tidur semalam, ia masih bisa mengajak Khairunnisa dan kakaknya, Muriski Saleh (6), jalan-jalan ke sebuah taman.
Minggu pagi memang bukan hari yang indah bagi Supriyono. Setelah lelah mencari sampah seharian, di bawah kolong rel kereta api Cikini, Supriyono terbangun. Ada yang beda di pagi itu, Khairunnisa terlihat nyaman tidur di dalam gerobaknya. Namun, wajahnya yang memutih membuat Supriyono curiga. Ia pun berusaha membangunkan anak bungsunya itu.
Melihat anaknya terbujur kaku. Pikiran, Supriyono melayang, beberapa waktu lalu ia tak jadi membawa Khairunnisa ke rumah sakit. Padahal, saat itu Khairunnisa demam tinggi. Karena uang yang tersisa di kantong cuma Rp 5 ribu, Supriyono cuma berdoa agar anaknya sembuh sendiri. "Saya cuma sekali bawa Khairunnisa ke puskemas, Saya tak punya uang untuk berobat lagi. Saya memulung kardus, gelas dan botol plastik. Penghasilan saya hanya Rp 10 ribu sehari. Saat itu uang saya tinggal Rp 5 ribu. Jika saya berobat, anak saya satu lagi mungkin tidak akan makan," pikir Supriyono.
Belum selesai pikirannya melayang. Supriyono kembali menangis. Duit di saku cuma Rp 6 ribu. Tak mungkin untu membeli kain kafan, menyewa ambulans dan biaya pemakaman. Sementara itu
Khaerunisa masih terbaring di gerobak.
Namun, kali ini ia tak mau mengecewakan anak gadisnya itu. "Bapak akan buat pemakaman seperti orang lainnya untukmu nak," ucap Supriyono dalam hati.
Ia pun langsung mengajak Muriski berjalan membawa gerobok berisi jenazah Khairunnisa ke Stasiun Tebet. Naik kereta api, Supriyono berniat menguburkan Khairunnisa di kampung pemulung di Kramat, Bogor. Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.
Dengan bermodalkan sarung lusuh, Supriyono membungkus jenazah Khairunnisa. Dengan kaus warna putih yang biasa ia pakai, Supri menutupi kepala Khaerunnisa.
Namun, Kisah sedih Supriyono belum selesai disini. Begitu Supriyono masuk ke stasiun, orang-orang yang ada di stasiun langsung mengerubunginya. Ia dicurigai telah berbuat yang tidak-tidak pada Khairunnisa. Akhirnya, ia pun digelandang ke Polsek Tebet bersama anaknya Muriski.
Terpaksa Supriyono meladeni pertanyaan-pertanyaan aneh yang dilayangkan polisi. Ia tidak mengerti, kenapa polisi tidak ada yang bertanya apa yang dapat mereka bantu kepadanya. Seandainya mereka semua itu bisa membantu. Bukannya mengirimkan Supriyono ke RSCM.
Di RSCM cerita Supriyono dan Khairunnisa terus berlanjut. Dengan alasan otopsi, pihak RSCM mau menahan Khairunnisa. Mendengar itu, Supriyono marah, ia tidak mau anaknya dibelah-belah hanya untuk kepentingan medis. Ia pun ngotot membawa Khairunnisa keluar.
Hingga Pukul 16.00 WIB, Supriyono baru bisa mengeluarkan Khairunnisa. Lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans. Supri dan Muriski terpaksa berjalan kaki sambil menggendong jenazah Khairunnisa.
Sepanjang jalan, warga yang iba memberikan uang sekedarnya untuk ongkos perjalan ke Bogor. Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum dan makanan sebagai bekal Supri dan Muriski ke Bogor.
Hingga kini aku tidak pernah tahu, apakah Supri dan Muriski berhasil memakamkan ke Khairunnisa ke Bogor. Masih berlanjutkah kisah sedih ini? Jujur, aku tak mau cerita ini bersambung , baik bagi Supri atau ribuan orang-orang miskin lainnya yang ada di sini. Cukup sudah Khairunnisa, jangan ada yang lainnya..

Senin, 14 Juli 2014

Catatan Orang Pinggiran Tentang Kejanggalan Adira Finance

Catatan Orang Pinggiran Tentang Kejanggalan Adira Finance

Selamat Malam...
Saya ingin menuliskan sedikit kisah saya sebaga orang pinggiran yang merasa sangat tertindas.
Ini merupakan pengalaman pertama saya berhadapan dengan jagoan-jagoan orang besar.

Oh ya,
sebelumnya perkenalkan,
nama saya Alex, tinggal di pinggiran Kota Pematang Siantar.
Pekerjaan sehari-hari saya hanyalah seorang buruh tani harian lepas, disamping bertani di ladang orang dengan sistim sewa lahan.
Pekerjaan lain saya, dulunya saya pernah maragat(menyadap nira).

Kisah ini bermula ketika saya membeli sebuah sepeda motor honda Revo Fit seharga Rp.12.000.000,- dengan cara kredit.
Leasing yang menjadi tempat menghutang saya adalah sebuah lembaga pembiayaan yang sudah sangat terkenal di santero jagad raya Indonesia, namanya PT. Adira Finance.
Dengan DP Rp. 1.000.000,-,  saya membayar cicilan Rp. 483.000,- dengan jangka waktu 36 bulan.
Sejak angsuran pertama hingga angsuran ke enam, saya masih bisa membayar angsuran tepat waktu
Masalah muncul ketika tiba pembayaran angsuran ke-7 hingga berikutnya, dimana saat itu musim kemarau yang cukup lama, membuat mata pencarian saya drastis menurun.
Bukan hanya saya, orang-orang di sekitar saya pun turut demikian, dimana tanaman yang mereka tanam mati kekeringan akibat musim yang tak bersahabat itu.
Akibat dari penurunan penghasilan saya, cicilan saya pun jadi terlambat pembayarannya sampai angsuran yang ke-9.

Masalah besar pun tiba.
Setelah tiba jatuh tempo pembayaran angsuran yang ke-10, saya belum bisa membayar angsuran, dan berlanjut hingga ke angsuran ke-12, akhirnya saya nunggak 3 bulan.
Pihak adira pun datang ke rumah mengatakan agar saya membayar cicilan yang tertunggak selama 3 bulan.
Setelah pinjam sana pinjam sini saya bisa mendapatkan uang sebesar Rp. 500.000,-, dan saya pun berniat membayarkan tunggakan, walau hanya 1 angsuran dulu.
Saya pun pergi ke Kantor Adira(karna saya tak bisa lagi bayar lewat kantor Pos/sudah diblokir-katanya), dan setelah melalui antrian yang cukup lama, akhirnya saya diterima oleh kasir Adira yang menurut saya cukup cantik(tapi tak tau hatinya bagaimana, mudah-mudahan cantik juga).

Setelah kasir memeriksa ID saya di database-nya, kasir tersebut mengatakan kalau saya tak bisa lagi membayar cicilan kalau hanya 1 angsuran saja, melainkan harus membayar 3 angsuran sekaligus di+lagi dengan BOP(Biaya Operasional Preman<menurut saya), dan dia pun memberikan sebuah nomor Hp 085370711528 a/n Marican Sinaga.
Saya pu menghubungi nomor ponsel tersebut dan janjian ketemuan di depan Siantar Hotel Pematang siantar untuk membahas masalah tunggakan cicilan saya.
Saya pun meluncur dari Kantor Adira ke tempat yang ditujukan.
Setelah sampai disana, saya tidak bisa ketemu sama dia, melainkan dia hanya  menyuruh 2orang anggotanya menemui saya, tapi seblumya anggotanya tersebut sempat menghubungi saya dengan nomor 082166228243 yang baru kemudian saya tau namanya Desnan Sinaga. Mereka 2 orang, yang satunya Marga Sinaga juga, tapi saya belum tau namanya.

Setelah ketemu, kami ngobrol panjang lebar tentang upaya jalan keluar masalah tunggakan angsuran saya. Tapi tak menemukan solusi yang tepat, karena mereka hanya memberikan 2 pilihan, yakni;

1. Saya harus membayar 3 angsuran sekaligus di+BOP Rp. 500.000,-, pada saat itu juga,
2. Sepeda motor saya harus dititipkan katanya di kantor Adira.

Dengan pilihan yang sangat menyulitkan, saya mencoba memohon agar saya pulang dulu ke rumah untuk mencari tambahan pinjaman lagi dari tetangga maupun keluarga, akan tetapi mereka tak memperbolehkan saya mengendarai sepeda motor saya alias mereka harus menahannya.
Otomatis saja saya tak rela kalau sepeda motor kesayangan saya dibawa kabur oleh orang yang gak jelas begitu. Dan saat itu juga terjadilah adu mulut di tempat keramaian tersebut, dan mereka membentak-bentak kalau sepeda motor itu bukanlah kepunyaan saya karna saya tak bisa menunjukkan BPKBnya, Padahal di STNK jelas-jelas tertulis atas nama dan sesuai dengan KTP saya. Mereka semakin mengganas yang akhirnya membuat saya merasa malu karena terlibat keributan di tempat umum.

Mengalah dengan Pilihan pertama, saya mencoba pilihan ke-2, motor saya dititipkan di Kantor Adira.
Masalah pun kembali muncul karna saya tidak dipebolehkan mengendarai sepeda motor saya sendiri pergi ke Kantor Adira untuk menitipkannya, harus merekalah yang mengendarainya.
Kejadian ini menurut saya sangatlah janggal, Kenapa Saya Tak Boleh Membawanya Kesana? Mengapa Harus Mereka?
Saya sudah menawarkan agar salah satu dari mereka ikut dengan saya, agar mereka tidak menyangka kalau saya mau melarikan sepedamotor saya sendiri, tapi mereka tetap ngoton Harus mereka yang membawa swpeda motor saya, tidak boleh saya, Akibatnya keributan pun tak terelakkan.
Untung saja ada petugas keamanan disana yang membantu, agar saya bisa bisa membawa sepeda motor saya sendiri dan membonceng salah satu dari mereka ke tempat penitipan di Kantor Adira.

Kami pun meluncur ke Kantor Adira, namun, kejanggalan pun terjadi lagi. Selama perjalanan, saya diinstruksikan ontu membawa sepeda motor tersebut ketempat BIGBOSSnya, alias Marican Sinaga tersebut. Saya pun tak mengindahkannya, karena menurut saya tujuan kami adalah ke Kantor Adira.
Setelah sampai di depan Kantor Adira, Mereka pun tak memperbolehkan saya masuk ke dalam kantor tersebut sebelum BIGBOSSnya datang.
Tapi saya tak mengindahkannya juga, saya langsung masuk ke dalam kantor dan menanyakan pihak adira perihal penitipan sepedamotor tersebut. Tapi Apa yang saya dapatkan disana, mereka mengatakan tak ada penitipan di kantor.
Saya pun keluar dan bertanya kepada yang saya bonceng tadi, apa tujuan mereka yang sebenarnya.
Tapi mereka pun bekilah, saya diajak masuk kedalam untuk menandatangani surat penitipan, tapi yang lebih janggal lagi, surat penitipan itu dibuat dengan tulisan tangan dan ditandatangani tanpa materai.
Saya pun jadi lebih bingung lagi dan bertanya-tanya, Apakah Sebuah Perusahaan Besar Adira Finance tidak Memiliki Komputer atau minimalnya mesin ketik manual intuk mengetikkan surat penitipan...? Apakah Perusahaan tidak memiliki materai untuk untuk surat seperti itu...?

Akhirnya saya keluar lagi dari kantor itu dan pergi ke kantor polisi untuk meminta perlindungan, tapi polisipun seakan-akan tak menghiraukan saya,karena saya memang benar punya hutang ke adira.
Setelah saya kembali dari kantor polisi dan membawa seorang petugas polisi ke depan Kantor Adira tersebut, kedua orang tadi tidak ada lagi disitu, dan sepeda motor saya mereka percayakan kepada satpam adira agar saya tidak bisa membawanya pulang, padahal saya juga sudah merelakan sepeda motor saya untuk dititipkan di adira, daripada dibawa oleh kedua preman tadi.
Dengan disaksikan oleh seoran Anggota Polisi, akhirnya saya pu menitipkan sepeda motor saya kepada satpam adira yang tugas saat itu.

Karna hari sudah malam, saya pun tak bisa pulang ke kampung karena angkutan sudah tidak ada lagi.
Saya bermalam di rumah kerabat yang di Pematang Siantar dan mulai pinjam uang sama keluarga sana-sini via telepon, namun tak berhasil.
Malam itu saya tak bisa tidur karna memikirkan uang Rp. 1.500.000,- lagi harus saya pinjam darimana dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Hhingga pagi hari adik saya menelopon saya dan mengatakan kalau orang tua saya telah bisa mendapatkan pinjaman.
Mereka pun mengirimkan uang tersebut ke saya via Wessel Pos Instan.
Setelah uangnya saya terima, saya pun menuju Kantor Adira untuk membayar Tunggakan yang 3 bulan + BOP(Biaya Operasional Preman-menurut saya), tapi pihak adira menyuruh saya untuk menghubungi si BOGBOSS Preman tadi alias si Marican Sinaga di 085370711528.
Setelah saya menghubungi nomor tersebut, si Marican Sinaga tadi mala menyuruh saya untuk koordinasi dulu dengan kedua anggotanya yang bermarga Sinaga itu.
Saya pun merasa sangat jengkel, kenapa untuk membayar hutang saja susahnya minta ampun...?...

Akhirnya saya pun menghubungi kedua anggotanya, dan anggotanya pun mengatakan kalau sekarang tak bisa lagi kalau BOPnya cuma Rp.500rb, tapi harus Rp.3.jt.
Mendengar harus Rp.3jt saya langsung emosi, dan kembali ke kantor adira untuk meyetorkan langsung tunggakan yang 3 bulan + BOP. Tapi sepertinya pihak adira tetap saja ingin mempersulit saya, karena saya disuruh untuk menunggu kedatangan Marican Sinaga CS yang sudah 1jam lebih saya tunggu tapi tak datang-datang juga.
Akhirnya saya merasa sangat kecewa dan jengkel sekali. Saya jadi naik pitam di kator itu, dan akhirnya pembayaran saya diterima oleh pihak adira dengan menggunakan kwitansi manual, karena pada saat iti sedang jam istirahat dan kasir adira sedang istirahat juga.

Saya merasa sedikit lega karena pembayaran saya hanya angsuran 3 bulan + BOP(Biaya operasional preman-menurut saya) Rp.500rb, bukan 3jt seperti yang dikatakan marga Sinaga tadi.

Demikianlah sepenggal kisah saya sebagai serang yang terpinggirkan, dan harapan saya, dengan dimuatnya tulisan saya ini, semoga pihak-pihak terkait dalam hal ini PT. Adira Finance mulai memperbaiki perilaku jeleknya(menurut saya), dengan tidak melibatkan preman dalam urusannya.

Dan kepada admin CATATAN ORANG PINGGIRAN, tak lupa saya ucapkan terima kasih.

Belajar Bersyukur Yuuukkk...!!!

Belajar Bersyukur Yuuukkk...!!!



Lihatlah dan bukalah mata hatimu
Melihatnya lemah terluka
Namun semangatnya tak kan pernah pudar
Hingga Tuhan kan berikan jalan…
(penggalan lagu Erry band – Mata Hati)
Apa yang Anda pikirkan tentang penggalan jalan itu? Untuk siapakah lagu tersebut? Yaaa, lagu itu
seolah-olah menyadarkan kita, membuat kita malu dan membangkitkan semangat kita bahwa itulah hidup. Antara satu dengan yang lain memang berbeda. Ada orang yang beruntung mendapatkan hidup yang cukup, ada pula orang yang lebih beruntung mendapatkan hidup yang kekurangan. Mengapa saya mengatakan bahwa hidup orang yang kekurangan adalah orang yang lebih beruntung? 
Cobalah, mari kita merenung. Apakah Anda pernah memperhatikan bagaimana kehidupan orang-orang dibawah kita yang secara materi, kita jauh lebih baik daripada mereka? Jika belum, sempatkan waktu untuk itu karena dari situlah kita dapat belajar dan menjadi tahu kehidupan yang sebenarnya. Jika sudah, apa yang Anda dapatkan dari mereka? Terkadang mereka memang seolah-olah menjerit dan menangis bahkan ada penyesalan mengapa dilahirkan dalam kehidupan yang seperti itu. Jelas, mereka tak menginginkan hidup yang seperti itu. Tapi, itu lah kenyataannya. Apa yang bisa mereka lakukan?
Ya, hanya dengan SATU harapan yaitu harapan untuk hidup yang lebih baik di masa depan yang suatu hari nanti akan terwujud, mereka gantungkan asa untuk terus menjalani hidup dengan penuh semangat. Tak peduli bagaimana keadaan mereka, fisik yang kurang sempurna pun tak lagi menjadi masalah bagi mereka.
Harusnya kita malu. Malu dengan mereka. Saat kita yang beruntung ini dengan mudahnya mendapatkan sesuatu tanpa harus bersusah payah, lihatlah mereka yang harus bekerja sekuat tenaga mereka, sampai harus mengubur dalam-dalam niat untuk belajar di sekolah karena mereka merasa tidak akan bisa hidup jika hanya dengan begitu-begitu saja.
Bahkan terkadang kita mengeluh, putus asa sampai-sampai ingin mengakhiri hidup ini. Apa yang kalian pikirkan? Hidup tak hanya sampai disitu saja. Apa dengan kematian, kalian bisa tentram pada akhirnya? TIDAK. Ingatlah masih ada kehidupan lain yang menunggu kita setelah kematian yang jauh lebih menyeramkan dari dunia ini jika kita hanya berpikir pendek dengan pikiran ingin mengakhiri hidup. Hidup kita sudah digariskan oleh Allah, mengapa kita malah menyalahi aturan yang ada?
Jalani hidup dengan sebaik-baiknya, semangat yang tak pernah padam dan rasa syukur yang luar biasa luasnya untuk Allah Yang Maha memberi kehidupan. Allah sangat sayang kepada kita, bahkan kita tak perlu membayar untuk berliter-liter oksigen yang kita hirup seumur hidup kita. Kita cukup mempergunakannya dengan hal yang bermanfaat dan meniatkan segalanya untuk beribadah dan harapan agar dapat hidup yang lebih baik nantinya. Allah Maha Adil. Percayalah! Kita membutuhkan ujian dari-Nya untuk membuktikan bahwa kita bisa menjadi manusia yang lebih baik.
Rezeki sudah diatur oleh Allah. Kita hanya tinggal menjemput rezeki itu. Teruslah berjalan, yakinlah Allah akan selalu bersama kita dan akan selalu membantu kita. Ingatlah selalu kepada-Nya. Hanya kepada-Nya lah kita berserah diri.
 
by:Puput Komala Sari
“Ketika rasa iri, mengeluh dan rasa putus asa mendera jiwa, ingatlah bahwa masih banyak orang-orang dibawah kita (orang-orang yang lebih beruntung). Belajarlah dari senyuman penuh syukur dan semangat yang tak pernah hilang dari mereka, meski terkadang hidup memberikannya banyak duri tajam yang tak jarang membuatnya terluka. Sungguh, kau akan temukan banyak pelajaran hidup dari mereka.”
 

Minggu, 13 Juli 2014

Kirim Kisah

Bagi Sahabat sekalian yang ingin berbagi kisah maupun harapan di blog CATATAN ORANG PINGGIRAN ini, silahkan kirim kisah anda melalui e-mail ke anakpinggiranmail.kirimkisah@blogger.com .
Dengan senang hati saya akan segera mempublikasikan kiriman Sahabat-sahabat sekalian di blog CATATAN ORANG PINGGIRAN yang sangat sederhana ini.
Atas partisipasi Sahabat-sahabat sekalian, tak lupa saya ucapkan banyak Terima Kasih.

Salam,
CATATAN ORANG PINGGIRAN
Anak Pinggiran.

Kamis, 10 Juli 2014

Pengalaman Orang Pinggiran

Suatu siang ditengah gerimis yang mengguyur pinggiran kota jakarta, tampak kesibukan yang luar biasa diperempatan jalan. Bunyi klakson motor dan mobil yang saling bersahutan menambah keadaan menjadi lebih hingar bingar. Wajah-wajah suntuk penuh kekesalan hampir terlihat disetiap orang yang lewat diperempatan itu. Umpatan-umpatan sesama pengguna jalan yang saling bersenggolan menjadi pemandangan biasa dan beceknya jalan karena gerimis seakan menjadi klimaks ruwetnya jalanan itu. Sementara petugas pengatur jalan, seolah hanya bisa pasrah menerima keadaan yang hampir tiap hari terjadi.

Ini semua terjadi gara-gara perbaikan jembatan yang tak kunjung selesai. Entah apa masalahnya, sampai jembatan ini terbengkalai. Padahal ini adalah akses yang cukup strategis, karena menjadi salah satu jalan alternatif untuk menembus pusat kota jakarta. Tapi apapun masalahnya, yang jelas kami rakyat kecil yang menjadi korban. Hampir tiap hari kami dipaksa menikmati keadaan ini. Jenuh, bosan dan jengkel, tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa. Sejujurnya kami ingin bertanya, tapi kepada siapa? Ingin rasanya mengadu tapi tidak tahu harus kemana.

Pernah sekali waktu jalan ini lancar, lengang malah. Tapi rupanya itu terjadi manakala ada pejabat yang mau lewat. Namun jika pejabat berlalu, macet kembali menghampiri. Bahkan lebih parah. Terus kapan kami bisa menikmati perjalanan tanpa hambatan? Lalu kapan kami bisa melihat jalanan sepi?
Kami ini memang hanya orang kecil, yang sedang mengais rejeki dipinggiran kota Jakarta. Karena kami memang hanya orang pinggiran. Tapi, apa kami tidak boleh menikmati jalanan tanpa macet? apa hanya para pejabat saja yang berhak menikmatinya.

Sudahlah…iklaskan saja, memang begitu nasib rakyat kecil.
Sudahlah…ikhlaskan saja, memang begitu nasib orang pinggiran .
Sudahlah…ikhlaskan saja, ikhlaskan saja…